Minggu, 15 September 2013

Masa Kecil Jokowi



Masa kecil Jokowi

Ir. H Joko Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama “jokowi”  ini lahir di surakarta, 21 Juni 1961. Joko widodo terlahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Dimasa kecilnya bisa dibilang jokowi melewatinya dengan kesulitan hidup, dia harus bergagang, menawarkan jasa ojek payung dan dia juga menjadi kuli panggul hanya untuk mencari uang guna keperluan sekolah dan uang jajannya. Saat teman-temannya pergi kesekolah menggunakan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Dari ayahnya yang tukang kayu ia belajar dari ayahnya, bahkan pada umur 12 tahun dia sudah mulai menggergaji kayu. Pada masa kecilnya, jokowi pernah mengalami penggusuran sebanyak tiga kali yang mempengaruhi cara berfikir dan kepemimpinanya kelak setelah menjadi walikota surakarta saat mengharuskan penertiban pemukiman warga.

Masa kuliah dan berwirausaha

Jokowi menempuh masa kuliahnya di Universitas Gajah Mada jurusan kehutanan, fakultas kehutanan. Kesempatan ini tidak disia-siakan untuk totalitas belajar struktur kayu, cara pemanfaatan dan juga teknologi tentang perkayuan. Selepas kuliah diuniversitas gajah mada, ia bekerja disalah-satu BUMN, namun tak lama bekerja disitu, jokowi memutuskan untuk  keluar dan berencana usaha sendiri. Sebuah keputusan yang dibilang berani Karena memang dia bukan kalangan berada. Dan untuk memulai usahanya saja harus menjaminkan rumah kecil satu-satunya.
Namun berkat keuletan dan kerja kerasnya akhirnya usahanya bisa berkembang sehingga membawanya bertemu dengan Micl Romaknan, yang pada akhirnya dialah yang memberi panggilan jokowi yang saat ini nama itu sedang meledak-ledaknya tidak hanya dijakarta namuan hingga seluruh indonesia. Dengan kejujurannya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling eropa yang mampu membuka matanya tentang pengaturan kota yang baik di eropa. Ilmu inilah yang menjadi modal sekaligus menginspirasi beliau untuk diterapkan di kota solo serta menginspirasinya untuk masuk kedunia politik. Beliau ingin menerapkan kepemimpinan yang manusiawi dan mampu mewujudkan kota yang bisa bersahabat dengan para penghuninya.
Reff : Wikipedia